Hallo, guys
Kali ini saya akan memberikan salah satu cerpen yang telah saya tulis. Alur cerita dalam cerpen ini saya mengadaptasi dari game Resident Evil: Revelations 2 dan saya tulis ulang dengan versi saya. Bagi yang belum mencicipi gamenya, harap berhati-hati dengan cerita ini karena mengandung SPOILER. Tapi yang terbiasa dengan spoiler silahkan saja lanjut. Bagi yang sudah memainkan gamenya, tulisan saya ini mungkin akan membuat anda lebih mengerti tentang Resident Evil: Revelations 2.
 |
| Resident Evil: Revelations 2 |
Dalam cerpen ini terbagi atas beberapa chapter. Pastikan anda tidak melewatkan salah satu diantaranya. Karena anda dipastikan akan bingung dengan ceritanya. So, Happy Reading . . . .
Methamorphosis
“Anna . . . Anna . . . Buka matamu! Anna . . . Bangun!“ Anna
membuka matanya dan mendapati seseorang disampingnya. Sementara
langit-langitnya terus bergerak maju dengan beberapa kali goncangan di
punggungnya.
“Ugh . . . Chris . . . “
“Apa yang terjadi dengan Sherry? Apakah kau bersamanya?”
“Oh . . . Chris, maafkan aku, aku tidak bisa menyelamatkannya . . .
Aku harus . . . “ Suara Anna terpotong ketika alat bantu pernafasan terpasang
di hidung dan mulutnya. Chris hanya terpaku ketika melihat dua orang pendorong
meja dorong masuk ke ruang UGD dengan tergesa-gesa.
“Ya Tuhan . . . Sherry.”
-------
“If something good has lost its way into you, it will
make its escape overnight. I know you.”
------
Beberapa bulan sebelumnya . . .
“Hay kawan-kawan.”
“Oh . . . Hay Anna . . . “ Seseorang menyapanya seakan ia mengenal
suara wanita itu dengan baik.
Ini adalah ulang tahun ke-20 Universitas Farmasi di kota
metropolitan itu. Seakan sudah menjadi suatu tradisi, kampus ini selalu
mengadakan perayaan ulang tahun. Namun, tak seheboh tahun lalu, pesta ini hanya
diadakan secara sederhana karena mengingat dana yang dikeluarkan hanya untuk
sebuah pesta ulang tahun dalam ruangan. Ah . . . Serius?
Mengingat Anna William, ia adalah seorang wanita yang beruntung di
tahun ke-19 kampus itu. Betapa tidak, ia mampu bertahan hidup di alam bebas
selama lebih dari 120 jam. Amazon mungkin merupakan tempat paling mengesankan
dalam hidupnya. Orang-orang lain tidak pernah tau apa yang ia lakukan selama
lima hari di hutan itu. Mungkin hanya ia dan ikan piranha yang tahu. Selain itu
ia juga menjuarai olimpiade panahan tahunan yang diselenggarakan di negara
bagian itu. Anna juga aktif berorganisasi, pelatihan militer, dan mencintai
olahraga beladiri. Meskipun tangguh seperti itu, ia tetap berparas cantik dan
seksi. Itulah kenapa ia sangat disegani dan diidolakan oleh semua lelaki di
kampus itu
“Hey Anna . . . Hey . . . !” Anna mendekati suara panggilan wanita
itu. Dan wanita itu memeluknya.
“Sherry . . . Bagaimana ujianmu?”
“Seperti biasa. Buku . . . buku . . . . dan buku. Membosankan . . .
. Kau tau, jika aku bisa bertahan hidup di Amazon mungkin aku akan pindah
kesana daripada didesak ayahku untuk terus kuliah. Dia benar-benar gila.”
“Ayolah! Ayahmu menginginkan kau menjadi anak yang sukses. Kau tidak
pikirkan hal itu?” Seseorang memanggil namanya.
“Anna bisakah kau ikut aku sebentar.” Anna berpaling kemudian
mengikuti pria itu.
“Ada apa Rich?”
“Sesuatu sedang terjadi di Kanada, kau pernah mendengarnya?”
“Apa? Bioterror lagi? Ayolah kita kan anggota farmasi ini, mungkin
kita bisa menyelidikinya . . . . Hey . . . Hallo?” Richard memalingkan wajahnya
kemudian melihat daftar nama pada buku yang dibawanya.
“Hey . . . Apakah itu anak Christoper?”
“Yah . . . Ia sedang menyelesaikan ujiannya. Hey . . . Jika kau
berani menggodanya kau akan mendapat . . . “
“Masalah dari ayahnya? Oh . . . ya. Anak dan ayah yang tidak pernah
akur.” Richard memotong perkataan Anna dengan sedikit tersenyum.
“Baiklah . . . Kau kerjakan tugasmu dan aku akan mengecek semu . .
. “
“Hey kita punya masalah disini. Ngomong-ngomong, bagaimana kau
tunggangi dia mengelilingi makanan disana.”
“Ya tuhan . . . ia bukan kuda. Dah, Rich . . .” Mendekati Sherry
yang masih berurusan dengan handphone-nya.
“Oh . . . oh . . . Apa yang ia perulah sekarang?”
“Chris sialan . . . Sekarang ia menanyakan bagaimana ujianku. Aku
tidak punya pilihan selain . . . .”
Pet . . . Seluruh lampu mati. Seluruh ruangan menjadi hening.
Sepancar cahaya menyilaukan turun dari udara. Terdengar seperti capung terbang
yang melayang-layang tepat di depan Anna dan Sherry. Beberapa orang turun
menggunakan tali. Orang yang mengenakan setelan tentara dengan helm yang
terpasang menutupi seluruh wajah dari sang perajurit misterius. Lebih gilanya
lagi, mereka membawa sebuah senjata api. Seorang tentara menembaki jendela kaca
gedung itu sementara yang lain keluar dari belakang ruangan itu. Entah mimpi
apa yang ia dapat malam ini, ia sekarang di todongi senjata api oleh seorang
tentara serta tentara lainnya memegangi Anna dan orang lainnya. Beberapa masih
meronta minta dilepaskan sementara lainnya pasrah menunggu tentara menekan
pelatuknya.
“ANNA WILLIAM . . . Kau ikut kami!”
“Apa? Tidak! Ini pasti sebuah kesalah . . .”
“ANNAAA . . . . !” Teriak Sherry yang masih terdengar sayup-sayup
di telinga Anna.
Seorang menyuntikan bius ke
leher Anna. Sehingga ia hanya bisa terlelap dan tak sadarkan diri. Ia hanya
bisa mendengar suara tembakan yang bersahut-sahutan. Tidak ada yang bisa ia
lakukan selain apa yang terjadi dengannya saat ini.
-------
“Youth is happy because it has the capacity to see
beauty. Anyone who keeps the ability to see beauty never grows old.”
-------
Tidak ada yang bisa Chris lakukan, kecuali mencari sosok sang anak,
Sherry. Tanpa ada bantuan siapapun, ia pergi ke sebuah pulau di lautan Karabia.
Mengantongi koordinat yang diberikan Anna, ia berharap bisa menemukan putrinya
di sana.
------
Anna terbangun di sebuah sel penjara. Ia hampir sepenuhnya tidak
ingat yang terjadi semalam. Ia menemukan sebuah gelang hijau di pergelangan
tanggannya. Teeet . . . Sel penjara terbuka.
“Apa-apaan ini?”
Anna keluar dan mulai menelusuri lorong demi lorong penjara yang
kumuh dan suram itu. Ia bahkan berpikir bahwa penjara itu belum pernah disentuh
oleh siapapun selama . . . . mungkin bertahun-tahun.
“Anna . . . Hey . . . Aku
disini keluarkan Aku . . . !” Suara Sherry mengagetkan Anna.
“Apa yang terjadi? Apa kau baik-baik saja?”
“Kau kira aku merasa baik-baik saja di sel ini. Aku bahkan mendapat
gelang aneh dan sebuah CCTV . . . “ Teeet . . . Sel Sherry terbuka dengan
sendirinya. “Anna, aku hanya ingin pulang.”
“Baiklah . . . . kita akan keluar dari sini.”
Anna dan Sherry punya satu tujuan kali ini. Keluar dari tempat
mengerikan ini. Sampai di suatu lubang raksasa menandakan bahwa penjara ini
lumayan besar, dengan beberapa tingkatan penjara. Di sebuah lorong terdengar
teriakan. Mereka pun mendatangi sumber teriakan tersebut. Terkejutlah Anna dan
Sherry, menemukan sesosok mayat terbaring di tanah.
“Julia . . . Ya tuhan . . .
Siapa yang tega melakukan semua hal ini kepada kita?”
“Hey lihat . . . Ia memegang senjata.”
“Yah . . . Kenapa mahasiswa sepertinya harus membawa senjata? Gadis
yang pandai.” Anna berinisiatif mengambil senjatanya dan berpikir pasti ada
sesuatu yang membunuhnya dan bisa juga membunuh mereka berdua. Sampai di suatu
aula, mereka menemukan sebuah pintu keluar yang terkunci.
“Ya tuhan . . . Apakah aku harus panggil tukang kunci.” Celoteh
Sherry
Langkah berat terdengar dibelakang mereka. Seorang bertubuh besar
dengan sebuah kapak besar yang di bawanya dan helm berbentuk segitiga menutupi
seluruh kepalanya. Anna melihat kunci tergantung di kapaknya. Apa? Bagaimana
mungkin? Makhluk itu mendekat dan menebaskan kapaknya, namun dengan mudah Anna
menghindarinya.
Anna mengeluarkan senjatanya dan mulai menembaki tubuh sang
monster. Namun, tak ada reaksi sama sekali. Ia hanya dapat mundur karena
monster itu berjalan dengan cukup lambat sementara Sherry hanya bisa
bersembunyi di balik runtuhan besar di pinggir ruangan itu. Tiba-tiba Anna
melihat sebuah tong berisi bensin. Ia mulai memancing monster itu mendekati
drum itu, berharap ia bisa membakarnya dengan satu tembakan. Benar saja ia
menebaskan kapaknya tepat di tengah tong. Bensin mulai mengalir keluar.
Kesempatan ini tidak disia-siakan Anna. Dengan satu tembakan ke tong, ia
berhasil menciptakan percikan api dan kemudian meledakkan monster itu. Ia
mendekati monster itu dan mengambil kunci di kapaknya.
“Apakah monster ini yang telah membunuh Juli?” Anna hanya terdiam
mendengar argumen Sherry. Kembali ia membuka pintu dan keluar dari penjara. Apa
selanjutnya?
-------
“. . . like the death of someone we loved more than
ourselves, like being banished into forests far from everyone, like a suicide.
A book must be the axe for the frozen sea within us. That is my belief.”
-------
Chris sampai di pulau yang ia tuju. Ia menelusuri pulau itu dan
menemukan pemancar radio tua. Memutar perekam suaranya dan mendapati suara
seorang wanita.
--------
Akhirnya Anna bisa keluar dari tempat pembunuhan tersebut dan
mendapati mereka di hutan terbuka. Mereka melihat sebuah pemancar radio.
“Selamat datang di Wossek. Dimana hidup bermula . . . . “ Suara
seorang wanita mengagetkan Anna dan Sherry.
“Suaranya berasal dari gelang. Hey . . . Siapa ini?” tanya Sherry
dengan cetusnya.
“Aku pengawas. Mengawasi takdir dan ketakutan kalian.”
“Pengawas? Maksudmu kau
mengawasi kami?” Anna mulai berbicara.
“ Satu-satunya yang bisa kalian lakukan adalah berharap banyak
dengan gelang kalian . . . . Aku akan menemui kalian di rumahku. Kalian tidak
bisa melarikan diri dari mataku.”
“Apa maksudmu . . . Bagaimana kau bisa . . .?” Suara transmisi
terputus.
“Bagus . . . Bagus . . . Sekarang kita temui monster kemudian
seorang wanita dengan puisi. Tempat ini benar-benar luar biasa.”
“Mungkin ia adalah salah satu penyebab kita berada disini. Sekarang
kita harus memanggil pertolongan di radio itu.” Anna melirik pemancar dan
melangkah menuju kesana.
“Bagaimana?”
“Tidak, ini mati. Kau diam disini, aku akan mengeceknya.” Anna
melihat ke menara dan berinisiatif untuk naik dan memperbaikinya. Radio menyala
dan Sherry mulai meminta bantuan. Dari ketinggian Anna melihat suatu
pemandangan aneh. Sebuah pulau . . . di tengah luasnya lautan.
“ Ya tuhan . . . .Tempat apa ini . . . ?!”
-------
“There is an infinite amount of hope in the universe
... but not for us.”
-------
Tidak kehabisan akal, Chris terus mencari Sherry. Terlalu banyak
yang Anna ceritakan, khususnya mengenai suatu fasilitas besar dan tinggi di
tengah pulau. Sebuah menara tinggi di tengah pulau di duga menjadi tempat berasalnya
misteri ini. Di ruangan bawah tanah fasilitas itu ia menemukan sesuatu . . .
-------
Anna berpikir pasti sumber suara wanita itu di tempat tertinggi di
pulau itu. Menara berdiri tegak di pulau itu. Mereka berencana mencari wanita
sialan itu. Gelang yang mereka kenakan menunjukkan warna orange dan badan
mereka semakin tidak enak. Anna dan Sherry terus berjalan. Tak peduli apa
yang akan mereka temui, mereka hanya punya satu tujuan. Keluar dari pulau ini .
. .
Di dekat elevator menara itu, Anna menemukan sebuah buku tabel
nama. Disana tertulis nama-nama teman mereka, termasuk Anna dan Sherry.
Terdengar sayup-sayup suara rintihan seorang lelaki.
“Richard . . . “ Ia memegangi lengannya sambil merintih kesakitan.
“Maafkan aku Anna! Aku melakukan apa yang aku benarkan.”
“Kau membawa kami kesini, itu yang kau sebut kebenaran. Kami
menderita Rich!“ Gelang Richard yang berwarna merah itu mulai berkedip-kedip.
Tangannya mulai membesar dan warna kulitnya menjadi hitam. Badannya terus
membesar dan Richard terkekeh.
“Ini bukan kesalahanku! Lisa . . . Kau penyebab semua ini! Haha . .
. ini bukan penderitaan, ini kekuataaaan
. . . Hahahahaha . . .!”
Anna terkejut dan hampir menangis. Tapi ia tidak punya waktu untuk
menangis. Ia mengeluarkan pistol dari sarungnya dan menodongkannya ke arah
monster Richard. Ia berhasil menghabisi Richard dengan beberapa tembakan di
kepalanya. Monster itu terbaring. Anna menunduk melihat monster itu terkapar.
“Itu bukan Richard lagi.” Batin Anna mengukuhkan keyakinannya bahwa
Richard telah meninggal. Meskipun sebenarnya Anna merasa sangat sedih ketika ia
tahu bahwa Richard mempunyai hubungan kuat dengan kasus ini. Padahal Richard
adalah partner sekaligus teman terdekat Anna. Namun, Anna tidak pernah tahu
kebusukannya selama ini.
Anna dan Sherry menaiki elevator. Tiba-tiba elevator itu berhenti.
Anna dan Sherry mencoba membuka pintunya secara paksa. Tiba-tiba monster
Richard muncul dari pintu dan mencoba untuk menghabisi Anna. Dengan gengaman
kedua tangannya Anna dan Sherry terjatuh dari elevator itu dan menghempas
tanah. Untungnya mereka berdua selamat berkat tubuh Richard yang super besar.
Sherry terpental jauh, sementara Anna mencoba bangkit dan berjalan menuju
Sherry.
“Kau baik-baik saja? Kau bisa berdiri?”
“Anna . . . Awass . . . !” Monster Richard menghempas tubuhnya
menimpa Anna. Pistolnya terlempar ke arah Sherry. Ia menyeret tubuhnya ke arah
pistol Anna.
“Rich . . . Apa yang salah denganmu?!”
“Ka-u tid-ak bi-sa meno-long-ku, sud-ah ter-lambat!” Richard
menekan tubuh Anna dan tangan lainnya siap menghabisi tubuh Anna.”
“Sherry . . . !!”
“Senjata sialan . . . Melompatlah ke neraka, bosss . . !” Sherry
menembak kepala Richard beberapa kali sekaligus mengakhiri Richard untuk
selamanya.
“Aku tidak mau melakukan ini lagi.” batin Sherry.
-------
“A First Sign of the Beginning of Understanding is
the Wish to Die.”
------
Chris mendapati Monster di depannya. Wanita bertubuh buruk dengan tangan
raksasa dan tubuh yang hanya tinggal tulang belakang. Ia mengarahkan senjata
ralas panjang dan bersiap untuk menembaknya.
-------
Anna menemukan seorang wanita di sebuah ruangan kaca. Ia mulai
mencurigai wanita itu adalah Lisa yang dikatakan Richard.
“Akhirnya kita bertemu.”
“Ohh . . . kau datang sejauh ini untuk mengucapkan selamat tinggal?
Aku sangat tersentuh.” Lisa menjawab dengan santainya.
“Bagaimana jika kau keluar dari rumah kaca dan kita ngobrol
sepanjang malam, wanita pengecut.” Bentak Sherry.
“Semuanya menunggu satu tes terakhir.”
“Apakah dia mendengarkan kita?” Anna mulai kesal dengan ucapan
wanita itu.
“Saudaraku yang melarikan diri sudah mati. Dan nanti ini akan
menjadi milikku. Aku akan berbagi takdir ini bersama kalian. Dan aku akan melampaui
harapannya.” Lisa mengeluarkan pistolnya dan menodongkannya ke Anna dan Sherry dari
dalam kaca.
“Apa yang akan kau lakukan?” Sherry mulai ketakutan.
“.... Bebas.” Lisa malah menodongkan pistolnya ke kepala dan
menekan pelatuknya. Ia terbaring dengan darah yang masih keluar dari tempurung
kepalanya.
“Hanya itu . . .?” Anna melihat mayat Lisa dengan perasaan bingung.
Fasilitas itu tiba-tiba mengalami turbulensi. Seluruh atap runtuh.
Penghancuran diri sendiri telah di aktifkan. Sherry dan Anna berlari mencoba
mencari jalan keluar. Terdapat dinding berlubang di tepi pantai menara itu.
Mereka berlari dengan sekuat tenaga untuk keluar dari tempat ini.
“ANNA, AWAS . . . .!” Sherry mendorong Anna. Namun, ia tertimpa
reruntuhan dan mereka terpisah dari Anna oleh sebuah lubang bekas reruntuhan.
“Pergilah Anna! Selamatkan dirimu!”
“Ya tuhan . . . Sherry. Aku akan menyelamatkanmu.”
“Tidak, kau harus pergi.” Anna melirik Sherry dengan wajah iba.
Tidak ada pilihan lain selain meloncat dari lubang itu. Anna
mengambil ancang-ancang dan melompat terjun bebas ke laut.
--------
“I cannot make you understand. I cannot make anyone
understand what is happening inside me. I cannot even explain it to myself.”
-------
“Dimana Sherry . . . !”
“Khikhikhi . . . Dia
sekarang dikubur bersama reruntuhan di tempat ini! Khikikiki . .” Monster itu
terkekeh.
“Kau membunuhnya . . .” Chris menatap monster itu tak percaya.
“Hahahahahaha . . . . Dan sekarang satu lagi yang akan terbunuh.”
Monster itu menyerang Chris dengan mengayunkan lengannya, namun
dengan mudah ia menghindarinya. Ia menembaki monster itu, namun tidak ada efek
apapun. Beberapa kali menghindar tetap saja Chris terpental oleh satu pukulan.
Kakinya tidak bisa digerakkan. Monster itu mendekati Chris yang terkapar.
“Aku akan membunuhmu seperti yang ia lakukan kepadaku!”
Dor . . . Dor . . . Dor . . .
Tiga tembakan mengenai monster itu. Seorang wanita berdiri mengisi
pelurunya dan menatap ke arah Chris.
“Sherry . . . . “
-----------
Judgement
“Ugh . . . .”
Seorang pria tua duduk tak jauh dari
tempatku berbaring. Aku menemukan tubuhku di ruangan sempit dengan peralatan
senjata yang tersusun rapi di lemari, lagi ruangan terbersih yang pernah aku
lihat dibanding penjara yang suram itu.
“Kau sudah bangun?”
“Apa yang terjadi? Kenapa aku
disini?” Tanyaku pada pria tua yang sedang mengambil tasnya dihadapanku.
“Jika kau bisa berjalan, ikut
denganku! Masalah tidak akan datang sendiri.” Pria tua itu meninggalkan
ruangannya.
“Oke . . . Terima kasih, pak tua.
Aku memang ingin keluar.”
Tapi aku tidak bisa. Apa yang
sebenarnya terjadi padaku? Namun, sisi baiknya, aku punya layanan kesehatan di
sini. Beberapa luka di tubuhku ia tutupi dengan perban. Baik sekali, bukan? Aku
terjebak disini. Ingatanku pada kejadian reruntuhanku mengingatkanku pada Anna.
Apakah dia selamat? Aku berharap ia dapat kutemukan, mungkin.
Pria tua dan aku mulai saling
mengerti. Sekarang aku tidak bisa berdiam diri. Ia mengatakan ‘jika kau hidup
sebagai binatang, kau harus bisa menyesuaikan dirimu meskipun usiamu sangat
pendek.’ Dan kehidupan baruku dimulai selama enam bulan kemudian . . . .
---------
“Association with human beings
lures one into self-observation.”
----------
Ini adalah empat minggu aku berada
di tempat orang tua ini. Dia menemukanku dan menarikku keluar dari reruntuhan.
Soal gelang, ia sekarang menunjukkan warna hitam. Itu tidak pernah berubah
menjadi merah dan aku juga tidak berubah menjadi sesuatu seperti Richard.
Sangat beruntung, bukan? Hari ini aku akan mengikuti pria tua itu berburu.
Hanya membawa sebuah pistol, mungkin aku harus mengeluarkan peluru dari daging
yang aku bakar. Ini bukan semata-mata kemauanku. Tapi ini rumahnya,
peraturannya.
Aku memulainya. Pria tua itu menemaniku. Aku mungkin cukup hebat
dalam menembak. Khususnya menembak kepala Richard. Hah . . . . Itu yang bisa
kulakukan.
“Kau bisa menggunakan senjata?”
“Hmmm . . . Aku punya beberapa pengalaman.”
“Bagus, aku jadi tidak perlu repot-repot mengajarimu. Berburulah
hewan yang menurutmu bisa dimakan. Kelinci, rusa, burung, ular, tikus . . . .
Apapun . . . “
“Oke . . . Aku akan mendapatkan banyak tikus untuk makan malam
kita. Whuuff . . . “
Aku mulai berburu dan mendapati cukup banyak daging untuk malam
ini. Beberapa wilayah sudah kami telusuri. Alam yang keras membuat orang tua
ini harus melakukan banyak pilihan. Mati kelaparan atau hidup dengan kesusahan.
Aku mungkin akan memilih pilihan A.
Aku tidak pernah menanyakan
namanya. Karena aku menunggu ia menanyakan namaku. Tapi nama bukan hal yang
terlalu penting di tempatnya. Di suatu malam aku bertanya pada pria tua itu.
Kenapa kau tidak keluar saja dari pulau ini? Tanyaku. Tidak, tidak sekarang.
Kau harus realistis. Menatap segala sesuatu dengan takdir dan jalanmu sendiri,
jawabnya.
Saat ku terlelap aku bermimpi aku menemukan ayahku meninggal di
kasurnya. Dia terlihat sangat sedih. Tidak ada orang bersamanya saat itu.
Sendiri, menghadapi kematian. Tidak ada ocehan lagi. Dia tidak bisa
melontarkannya lagi. Saat aku terbangun, aku menyadari bahwa aku menangis.
-----------
“I do not speak as I think, I
do not think as I should, and so it all goes on in helpless darkness.”― Franz Kafka
-----------
Hampir enam bulan aku bersama orang tua ini. Berburu . . . Berburu
dan berburu. Beberapa kali aku mengelilingi pulau bersamanya. Ia mengatakan
kepadaku aku harus realistris yaitu fokus bertahan hidup. Aku hanya bisa
mendengarkannya. Jadi aku berjanji pada diriku sendiri, aku harus berkerja
lebih keras untuk bertahan.
Semangkin lama, pulau ini semangkin keras dan berbahaya. Tidak ada
celah untuk melarikan diri. Beberapa kali aku melirik ke tower di tengah pulau
dan membayangkan kejadian bersama Anna. Sangat menyedihkan. Pria tua itu
menceritakan seorang wanita kepadaku ketika kami sedang jalan-jalan di sebuah
perkampungan. Sambil memegang sebuah foto ia menceritakan tentang foto wanita
itu. Foto gadis kecil dengan rambut terikat dan baju kuno.
“Rani adalah anakku. Ia menghilang sejak seorang wanita menguasai
perkampungan kami.” Sambil menyodorkan fotonya ke tanganku.
“Dia terlihat sepertiku..”
“Dia cantik, pintar. Aku benar-benar menyayanginya. Jika ia masih
hidup mungkin ia akan seumuran denganmu.”
“Kenapa ia sampai menghilang?” tanyaku.
“Dia terakhir kali kulihat berkerja di pertambangan. Sampai
pembantaian besar-besaran terjadi di pulau ini. Aku yakin Rani masih hidup dan
menunggu ayahnya untuk menyelamatkannya.” Jawabnya dengan wajah lusuh.
Aku tidak terlalu menginginkan jawaban bagaimana ia bisa selamat
dari pembantaian itu. Tapi yang jelas aku menyadari bahwa dia tidak akan keluar
dari pulau ini jika ia belum menemukan anaknya. Sesulit apapun itu.
----------
“In the struggle between
yourself and the world second the world.”
--------
Aku dan orang tua itu berencana ke pertambangan untuk menemukan
jejak Rani. Dengan berbekal pistol dan shotgun sementara pria tua membawa
sniper. Beberapa mesin pertambangan tidak lagi berfungsi. Sehingga seperti
bekas pertambangan yang bangkrut.
“Kau dengar itu?” Aku berbisik kepada pria tua.
“Ada yang datang, huh. . . . “
Sesosok bertubuh bulat besar dengan tentakel-tentakel menjulur-julur
dari tubuhnya. Anehnya ia berjalan menggunakan kaki seorang wanita. Sebuah
mutasi dari gelang merah itu. Pria tua mengisyaratkan untuk menembakinya.
Monster itu bergerak cepat dan menghempaskan tentakelnya. Untung saja aku
dengan cepat bergerak menghindarinya. Kutembakkan shotgunku dan hasilnya cukup
untuk membuatnya berdarah. Tak kekurangan akal, pria tua ikut menembakinya dari
jauh menggunakan sniper. Aku melihat sebuah tong merah yang mungkin berisi
bensin.
“Jangan buang-buang peluru, pak tua! Aku punya ide!” Pria tua
melirik kemudian mengarahkan snipernya ke tong.
Aku mencoba menembakinya sekaligus memancingnya ke arah tong. Ia
semangkin dekat dengan tong. Aku berlari menghindarinya dan bersembunyi di
dekat mesin.
“Sekarang . . . . !” Pria
tua menarik pelatuknya dan meledaklah monster itu. Aku kira ini akan menjadi
cara yang sama dengan monster kapak. Aku berlari ke arahnya dan melihat sebuah
rumah tambang. Kami memasuki tempat itu. Sebuah kertas terselip diantara tombol-tombol
operasi tambang itu.
Ayah tercinta
Aku tidak bisa menemuimu sekarang atau mungkin nanti. Seorang
wanita jahat tega memasukkanku menjadi bahan percobaannya. Dia memasangiku
gelang dan sekarang gelang ini berwarna merah.
Hidupku mungkin tidak lama lagi. Oh . . . Ayah maafkan aku atas apapun
yang pernah aku perbuat. Terima kasih untuk kasih sayang yang engkau berikan.
Rasa sakit ini akan berakhir. Aku akan merasakan kedamaian dalam diriku.
Penuh cinta
Rina
Muka pria itu pucat. Ia bergegas keluar dan menuju ke rumahnya.
Sementara aku hanya terpaku membaca surat terakhir Rina. Mungkinkah Rina . . . menjadi
salah satu dari mereka. Aku tidak mau
ini terjadi pada ayahku. Aku tidak boleh mati di sini. Jika dia melindungiku
secara berlebihan, aku membiarkannya. Aku lebih baik seperti itu. Menghabiskan
sisa hidupnya untuk melindungiku. Mengenai pria tua . . . . dia dan aku membuat
akhir jalan petualangan kami. Hingga suatu malam aku menemukan kartu nama
ayahku di tengah hutan, jalan menuju fasilitas yang hancur.
“Apa yang kau lakukan? Buka pintunya!!”
“Jika aku hidup di pulau ini, maka aku harus mati di pulau ini. Di
sini bersama Rina.” Pria tua ini bersandar dibalik pintu yang aku gedor.
“Kau tidak bisa melakukan ini!”
“Aku bisa melakukannya! Tapi tidak denganmu. Hidupmu masih panjang
dan masih banyak diluar sana yang membutuhkanmu, nak”
“Namaku Sherry . . . Tanyalah namaku untuk sekali ini, tua bangka
sialan.“
“Jaga perkataanmu dan bersihkan mulutmu dengan sabun . . . Sherry.”
Aku terus menangis meratapi nasibnya.
“Dan namaku Jordan. Uhuk . . . Uhuk . . . . haaah . . . Jordan . .
. “ ia mengatakannya sembari tedengar suara batuknya yang semangkin menjauh
dari pintu.
---------
“This life appears unbearable,
another unattainable. One is no longer ashamed of wanting to die.”― Franz Kafka
---------
Aku meninggalkannya. Aku terus berjalan kemanapun kakiku melangkah.
Aku kembali ke fasilitas, tempat di mana aku menemukan kartu nama ayahku.
Berharap semoga saja aku menemukannya. Dengan pistol yang sengaja Jordan
berikan padaku, aku menelusuri seluruh area runtuhan fasilitas dimana aku dan
Anna berpisah. Hingga aku memasuki gua bawah tanah. Kakacauan di mana-mana.
Sebuah fasilitas bawah tanah terbakar. Aku melihat ke bawah di mana ada
seseorang yang terkapar di tanah sementara ada sesosok monster yang terus
mendekatinya.
“Ayah . . . “
---------
Lanjut Halaman 2
The Trial
11
Oktober 2008
Aku menemukan sebuah pulau kecil yang tergambarkan dalam
buku tua dan pulau itu tidak pernah terlihat di peta manapun. Jadi, aku
berpikir akan sangat keren jika berpetualang di pulau yang tidak pernah
dipetakan. Mengkordinat helikopter untuk ke sana tidaklah mudah. Tapi aku
berhasil sampai dan mendarat di sana. Beberapa orang menahan helikopterku dan
menjadikanku sebagai tahanan. Sangat tidak keren.
------
“Hay, Corline! Aku Corrie! Senang
bertemu denganmu!” sebuah boneka memanggil Corline. Dia bisa bicara?
“Aku juga senang bertemu denganmu.”
Boneka itu tiba-tiba menghilang.
Sebuah penutup kepala terbuka.
Corline terbangun di sebuah ruangan yang penuh cahaya. Ia bangkit dari tempat
tidur yang berbentuk seperti tempat pencuci otak.
“Corrie? Corrie? Kemana kau pergi?”
“Ada masalah, Corline?” Seorang
wanita memanggilnya.
“Huh, kau terlihat sepertiku.”
Corline terkejut menyadari ada seorang yang mirip dengannya.
“Oh, tapi aku adalah kamu. Sekarang
beritahu aku, apa kau merasa terganggu?” berjalan membalikkan badannya.
“Corrie menghilang. Dia adalah
temanku.”
“Wah, ini adalah suatu kebetulan.
Aku mendapat surat dari Corrie.” Corline mengambil surat itu dari tangan
kembarannya itu. Ia membaca surat itu.
Kepada
Corline
Kenapa kau tinggalkan aku sendirian?
Apa kau tidak lagi sayang kepadaku? Aku sendirian sekarang. Aku sangat sedih.
Aku rasa air mataku mengalir.
Dari temanmu
Corrie
-------
12
Oktober 2008
Dan aku terkurung di penjara tua. Ada beberapa pemuda
yang menghajarku dan memukuliku berkali-kali. Aku juga berkali-kali mengatakan
mereka, aku hanya datang untuk menjelajah. Mereka tidak pernah mendengarkan. Di
sel lain, aku bisa mendengar suara kesakitan orang-orang yang tak bersalah itu.
Mereka seakan tidak akan peduli kepada nyawa yang ada pada tubuhnya. Ini
benar-benar tidak keren.
15 Desember 2008
Aku tidak percaya ini. Aku bisa keluar hidup-hidup dari
sana. Aku masih tidak percaya pada semua siksaan itu mereka lakukan padaku
terjadi selama dua bulan. Apa mereka tidak gila. Aku bertemu dengan beberapa
orang di hutan dan mereka tidak percaya dengan apa yang aku katakan. Memang
sangat tidak wajar bagi orang asing sepertiku memberitahu hal buruk tentang
pulau mereka sendiri. Aku tidak bisa bertahan sendiri di sini. Aku pergi ke
sebuah menara komunikasi dan mencoba memanggil bantuan. Tapi aku tidak bisa
mendapat sinyal. Seseorang benar-benar menahan semua orang di pulau ini. Sangat
tidak keren.
------
Mereka keluar dari ruangan itu dan menemukan diri mereka di suasana
berkabut. Mereka melangkah menelusuri reruntuhan dengan jarak pandang yang
tidak begitu jauh.
“Monster.” Kembaran Corline menunjuk ke arah kumpulan kabut
“Apa? Aku tidak bisa melihat apapun. Kabut ini mengganggu
pengelihatanku.”
“Kau lihat? Aku akan membantumu. Mereka tidak bisa melihatku. Tapi
jika mereka melihatmu. Kau akan dibunuh mereka.”
Corline melihat monster itu. ia terlihat seperti monster dengan
bagian-bagian tubuh manusia menyatu menjadi satu membentuk tubuhnya. Tidak
hanya satu, mereka hidup di mana-mana. Seakan menjadi penjaga tempat ini.
Corline mencoba bersembunyi dan mengendap-endap supaya monster itu tidak
mengetahui keberadaannya. Dengan bantuan kembarannya yang punya kemampuan
mendeteksi itu, ia berhasil mengindari monster-monster itu
“Apa kau benar-benar aku?”
“Ya, tentu saja.” Ia menjawab dengan entengnya
“Tapi bagaimana mungkin?”
“Memangnya aku peduli? Kau harus menemukan Corrie. Kau yang meninggalkannya,
kan?”
Corline hanya terdiam mendengar jawaban kembarannya. Di pintu
gerbang keluar ia menemukan sepucuk surat.
Kepada Corline
Aku terjebak di saluran air. Aku tidak bisa merasakan kakiku. Aku
mungkin hampir mati. Kenapa kau membenciku, Corline?
Dari temanmu
Corrie
-------
20 Februari 2012
Kukirimkan beberapa kandidat yang mungkin cocok untuk
percobaan ini. Ku ambil mereka dari universitas dan tahanan negara. Mereka
semua telah di tes dengan Bioterror. Menampakkan kekuatan emosional dan
pertahanan terhadap trauma. Semua orang ini cukup kuat untuk jadi kandidat.ini
terserah kepadamu Lisa. Aku akan membantu segala sesuatu yang kau butuhkan.
29 Ferbruari 2012
Sepertinya kandidat ini cocok sebagai penyalur. Yang
lainnya cukup potensial, tapi anak ini punya perbedaan dibanding lainnya. Dia
tidak punya rasa takut yang berlebihan. Aku tidak heran dengan ini. Keluarganya
terbunuh di depan matanya sendiri saat usia yang masih muda. Apa itu normal?
Yang menjadi masalah saat ini adalah umurnya. Tapi itu akan kami urus. Dia
kandidat yang tepat untukmu.
-------
Keadaan kabut semangkin tebal. Mereka sekarang berada di kota.
Entah pengelihatan Corline atau apapun itu, tempat ini semangkin kabur.
Monster-monster masih berkeliaran di jalan-jalan kota.
“Apakah kau ditinggalkan orang-orang karena kau gadis bodoh yang
mencintai boneka beruang bodoh?”
“Aku tahu dia hanya boneka beruang, tapi aku mendapatkannya sejak
lama. Aku . . . . hanya dia yang tersisa dalam hidupku.” Corline menunduk.
Kembaran Corline hanya terdiam, mendengar kisah kesendirian
Corline. Tidak ada rasa kasihan terhadap Corline. Meskipun sikapnya seperti
itu, Corline bersyukur masih ada orang yang mau menemaninya untuk mencari
Corrie. Di perjalanan ia selalu bertemu dengan monster dan selalu selamat pula
dari monster-monster itu. Dia hanya bisa bersembunyi dan menunggu aba-aba dari
kembarannya yang tidak terlihat oleh monster-monster itu. Mereka sampai di terowongan
yang menuju ke saluran air.
“Gelap sekali di sini?”
“Jadi? Kegelapan kecil akan
menghentikanmu. Kau tahu Corline . . . kau butuh teman yang nyata.” Cetus
kembaran Corline.
“Aku punya. Pak Richard. Dia memberikan Corrie kepadaku saat
menyelamatkanku dari kecelakaan.”
“Tapi sekarang dia tidak ada. Dan selanjutnya Corrie juga akan
seperti itu. Hanya aku yang tersisa darimu.” Kembarannya memandang Corline
dengan penuh arti.
“Tidak, aku melihat mereka. Atau . . . aku hanya bermimpi?”
Mereka terus berjalan dan menemukan sesuatu di ujung terowongan.
Kepada Corline
Aku di dekat pantai sekarang. Sepanjang jalan, aku melihat banyak
sekali mayat-mayat.Itu sangat mengerikan. Mungkin aku harus menenggelamkan
diriku. Kau harus melupakanku. Carilah teman baru.
Dari temanmu
Corrie
-------
29 Februari 2012
Kau orang tua tak berguna. Kau ingin menciptakan dunia
baru sebagai tuhan? Tapi semua ambisimu itu sia-sia, kau tidak bisa mengalahkan
dirimu sendiri. Tua dan lemah. Kau punya segalanya untuk membuat itu terjadi,
namun apa yang terjadi. Anakmu sendiri, Robert, bahkan tidak menemukan cara
untuk membunuhmu dengan sangat mudah, selain memakai kelingkingnya sendiri. Kau
gagal pria tua.
Tapi tidak. Mimpimu akan jadi nyata.
Aku akan mengambil pengetahuanmu, kekuatanmu,dan subjek
yang kau berikan padaku, dan kesuksesan akan berada di tempat dimana
kegagalanmu. Legendamu akan terlupakan, tapi bagiku. Aku akan menjadi satu yang
takkan terlupakan. Bahkan pada seluruh dunia. Jiwaku. Di tanah ini, di pulau
ini, aku akan berada di tempat baru. Dan aku akan terus hidup sebagai Lisa yang
abadi.
15 Maret 2012
Dia. Anak itu sudah ku tidurkan. Dan ia akan terbangun
sebagai aku. Dia akan memiliki pikiranku. Sekarang, aku harus melarikan diri.
Melarikan diri dari dunia ini. Dua wanita itu akan menjadi saksi. Atas
kebangkitanku. Atas jiwaku yang baru. Robert, Richard mereka akan
menyaksikanku. Menyaksikan kebangkitanku. Bukan sebagai anak itu, tapi sebagai diriku sendiri, Lisa Gregor.
--------
Di suatu hutan, Corline dan kembarannya terus berjalan. Mencari
petunjuk yang diberikan Corrie. Monster bersetubuh masih berkeliaran di sana.
Di hutan itu mereka menemukan sesuatu.
“Hey, berhenti.” Kembaran Corline menahan tubuh Corline.
“Huh? Kenapa? Ada sesuatu di sana?”
“Yah, benar. Kau tidak bisa melihatnya. Kau butuh mataku. Kau butuh
aku.” Kembarannya menunjuk ke ruang kosong. Corline hanya mengikuti perintah
kembarannya sambil keheranan. “Baik, dia sudah pergi. Ayo.”
Hutan yang masih terlihat berkabut. Cukup aneh menyaksikan semua
yang terjadi. Kabut, kembaran Corline, boneka yang bisa menulis dan berbicara,
sampai monster-monster yang muncul entah dari mana. Mungkin mereka dulu adalah
penduduk tempat ini. Seperti yang diungkapkan Corrie melalui suratnya.
“Kau mau istirahat? Aku tahu ini melelahkan.”
“Tidak, aku tidak akan menyerah.” Corline mempercepat langkahnya.
“Disini tidak ada yang bisa kau temukan. Corrie yang malang. Kau
tidak akan bisa menemukannya.” Ucap kembaran Corline dengan nada mengejek
“Siapa yang peduli dengan ucapanmu! Aku tidak akan kehilangan
Corrie seperti aku kehilangan ayah dan ibuku!”
“Apa dia penting bagimu? Kau sudah gila, Corline.”
“Aku tidak gila. Aku hanya tidak mau sendirian lagi. Aku tidak
ingin bersedih.”
“Aku bisa menjauhkan kesedihan itu . . . jika kau anggap aku
sebagai temanmu.” Kembaran Corline tersenyum kepada Corline. “Kau hanya harus
percaya kepadaku.”
“Aku tidak tahu siapa kamu! Kau bukan aku! Aku ingin Corrie
kembali!”
“Kenapa kau tidak membuat ini menjadi mudah?”
Kembaran Corline mendesak Corline sampai mereka menemukan surat di
sebuah jembatan.
Kepada Corline
Corline, aku pikir, aku tidak bisa bertahan lebih lama . . . kau
akan menemukan apa yang tersisa dariku di pantai.
Dari temanmu
Corrie
-------
18 Agustus 2012
Aku selamat . . . pelarian diriku tidak mati. Tidak ada
yang bisa kusalahkan selain diriku. Saat aku menarik pelatuk lalu aku merasa
takut. Sangat ironis. Gelang yang kupakai dan virus dalam tubuhku bereaksi
terhadap tubuhku menuju kematian, menyelamatkanku dari kematianku. Aku menjadi
monster. Monster yang hina dan menjijikkan. Tapi nanti, aku yang lain akan
bangkit. Penyalurku! Tapi apa yang aku lihat. Dia menatapku dan tertawa melihat
betapa buruknya aku.
Kenapa aku sangat buruk dan menyeramkan?
Aku. Aku adalah aku. Aku bangun sebagai diriku sendiri!
Tapi dia juga bangun sebagai aku. Keduanya benar.
TIDAK! Di sini hanya ada satu yang benar. Aku! Dia palsu!
Dia harus dibinasakan!
AKU! Hanya aku yang benar!
Aku akan menggunakan kebencianku. Akhir legenda Gregor.
Pulau monsterku.
Dia akan mati
Dia akan merasakan ketakutan
Dia akan merasakan dinginnya kematian . . . Corline . . .
Dan kemudian, saat kau mati, aku akan mengambil badanmu.
Aku akan menjadi diriku yang sebenarnya. Corline . . . kau harus mati . . .
--------
Corline dan kembarannya berjalan menuju pantai sambil bergandengan.
Suasana kabut seketika berubah menjadi ruang hampa.
“Corrie!” ia berlari mendekati bonekanya. Boneka itu bangkit dan membuka
tangannya, menahan lari Corline.
“Berhenti di sana, kau wanita sialan.” Corline tercengang melihat
bonekanya berkata seperti itu. “Aku akan memenangkan permainan ini. Hahahaha .
. . . hahahaha . . . . . hahahaha.” Ia tertawa dengan nada yang menyeramkan.
Kemudian boneka itu terbaring ke tanah. Kembaran Corline mendekatinya dan
mengangkat boneka itu.
“Masih ada waktu untuk
menuju ke bawah kulitmu, jiwamu, Corline.” Wanita itu menoleh ke arah Corline
dan berkata dengan nada berat. Nada yang sangat membenci dan menginginkan jiwa
Corline. “Dan selanjutnya, kau tidak bisa melihat kedatanganku.”
Sosok kembaran itu lenyap, menghilang. Beserta kabut yang menutupi
daerah itu telah pergi. Corline menatap sekeliling dengan keadaan bingung.
Tiba-tiba dari kejauhan ia mendengar suara.
“Boat?” Dari kejauhan, terlihat boat itu sedang melaju, menuju
pulau.
“Aku di sini sayang, bertahanlah.”
-------
Penal Colony
“. . . . . . . . . jika kau
mengetahui keberadaan kita, tolong kirim bantuan! Tolonglah! . . . . Ya tuhan, adakah orang di luar sana? Radio
sialan! . . . “
“Aku di sini sayang, bertahanlah.”
Menggenggam erat perekam suara dan menjalankan kapal menembus luasnya lautan.
Chris berlabuh di sebuah dermaga
pulau. Mengikatkan tali penahan boatnya dan melihat sekitar. Ia terkejut ketika
mendapati seorang anak kecil berdiri di belakangnya.
---------
“Start
with what is right rather than what is acceptable.”
-------
“Kau tetap tinggal di boat, gadis
kecil. Aku bersungguh-sungguh. Aku punya beberapa urusan dan aku akan kembali
nanti.”
“Kamu tidak bisa meninggalkanku
disini.” Berdiri mengikuti Chris.
“Tidak, tidak, tidak. Di sana
terlalu berbahaya jika kau ikut”
“Di sini tidak aman sama sekali.”
“Apakah ada gadis di dunia ini yang
mendengarkan aku? Oke, tetap bersamaku. Kau ikut aku sekarang.” Balas Chris
dengan pasrahnya.
Mereka berjalan melewati jalan setapak dermaga. Garis pantai pulau
yang tidak begitu eksotis. Mengetahui anaknya yang hilang, Chris langsung
mencari informasi dari Anna mengenai pulau tempat ia disekap. Anna yang masih
terbaring lemas di rumah sakit meyakinkan bahwa mereka tidak sendirian di pulau
itu. Oleh karena itu, Chris sangat khawatir jika anak kecil itu ikut. Ia
dibekali izin memakai senjata untuk berjaga-jaga. Lagipula, ia seorang yang
sangat terlatih dalam menggunakan senjata api.
“Tujuan kita sekarang adalah tower penyiar radio itu. Aku berharap
di sana ada informasi meyakinkan mengenai anakku.”
“Jaraknya tidak terlalu jauh. Mereka biasa menggunakan radio itu
untuk berkomunikasi antar pulau.” Jelas anak kecil.
“Ngomong-ngomong, siapa namamu, nak?”
“Corline.” Jawabnya.
“Nama yang bagus. Kau bisa memanggilku Chris. Kau punya orang tua.”
“Orang tuaku meninggal saat aku masih kecil.” Balasnya dengan muka
murung.
“Oh, maaf. Aku tidak bermaksud . . .”
“Tidak apa, aku memang anak yang selalu sendirian.” Jawabnya dengan
senyum skriptis di wajahnya.
“Bagaimana kau bisa ke sini?”
“Ceritanya panjang, bahkan kau tidak akan percaya dengan apa yang
kuceritakan.”
“Oh, maaf aku menghujanimu dengan pertanyaan . . “
--------
“The
history of mankind is the instant between two strides taken by a traveler.”
-------
Mereka akhirnya sampai di sebuah penjara besar. Dengan banyak ruang
sel dan suasana yang kumuh dan kacau. Mereka menuruni lantai dua dan menemukan
tubuh besar tergantung di tengah-tengah penjara.
“Kau tidak takut dengan makhluk itu.”
“Aku merasa tidak takut dengannya. Dia dulunya adalah penjaga
penjara ini”
Teeet . . . sebuah sel terbuka. Suara langkah berat keluar dari
kurungan tersebut. Nampak seorang tinggi besar dengan sebuah gergaji mesin di
tangannya.
“Oh tidak! Sembunyi!” Chris menundukkan tubuhnya dan bersandar di
sebuah dinding.
“Chris, dia tidak bisa melihat.” Monster itu terus berjalan tanpa
arah.
“Baiklah, kita harus ke pintu sebelah sana. Harus tetap tenang.”
Chris berbisik.
Mereka berjalan mengendap-endap, berharap monster itu tidak bisa
mendengarnya. Pintunya tidak terlalu jauh, namun mereka harus tetap menjaga
jarak dengan monster itu.
“Sial! Dia berhenti di pintu keluar.” Chris melihat monster itu
mematung sambil mengoles gergaji mesinnya.
“Chris, gunakan ini.” Corline memberikan sebuah botol ke Chris.
Chris melempar botol sejauh mungkin dan monster itu langsung
menyalakan mesinnya dan mengejar asal suara botol pecah itu. Kesempatan yang
bagus untuk keluar, pikir Chris. Mereka membuka pintu dan akhirnya bisa keluar
tanpa memancing manusia gergaji mesin itu.
“Huss . . . aaahhh . . . udara segar. Ini yang aku suka dari dunia
luar. Aku berharap ada yang lebih gila di luar sana.”
“Ada respon, Sherry?”
“Tidak. Mereka pasti memutuskan sambungannya.”
“Baiklah, sekarang kita ke Wossek.”
“Teknologi murahan!”
“Itu anakku. Ini direkam enam bulan lalu. Ya tuhan, Sherry.”
“Anakmu bernama Sherry.”
“Yah. Kenapa?” Corline memegangi kepalanya. Ia merasa kesakitan
ketika Chris menyebut Sherry.
“Hey, nak. Kau baik-baik saja?”
“Sherry . . . . Dia telah meninggal.”
“Apa . . . !?”
----------
“It's
often safer to be in chains than to be free.”
--------
“Sherry mencoba mencari seseorang ke
menara itu.” Sambil menunjuk menara besar di pulau itu.
“Dengar sayang. Aku mau kau
menunjukkan jalan ke sana. Kau bisa lakukan itu?” Corline mengangguk.
Mereka berjalan menuju ke menara itu. Pendirinya diperkirakan orang
sama yang membantai seluruh penduduk. Beberapa dari mereka dibawa ke
laboratorium kemudian di jadikan kelinci percobaan. Sementara lainnya? Di
eksekusi oleh algojo yang di kendalikan orang itu. Sungguh miris jika
membayangkan apa yang diceritakan Corline.
Mereka sampai di suatu perkampungan kumuh. Diperkirakan dulu ini
adalah kampung nelayan pulau ini. Diketahui dari jaring-jaring yang masih
menggantung. Di sana terpampang sebuah kayu yang digantung di gapura kampung
itu. Bertuliskan “Wossek”. Tidak beberapa jauh, Chris merasakan sesuatu yang
aneh.
“Ugh . . . Pengelihatanku terasa seperti . . .”
“Chris! Ada sesuatu di sana!” Corline menunjuk daerah kosong.
“Apa? Aku tidak melihat apapun.” Sanggah Chris yang masih mengucek
matanya.
“Monster . . . Ia semangkin mendekat.” Corline terlihat semangkin
takut.
“Kau bisa melihatnya? Baiklah kau tunjukkan dimana dia. Aku akan
menghabisinya.”
Corline menunjuk suatu arah. Chris menarik pelatuknya. Monster itu
tertembak. Ia langsung muncul dan mencoba menyerang Chris. Tak kehabisan
amunisi, Chris menembaki monster itu lagi. Dan monster itu akhirnya tumbang.
“Musuh tak terlihat, huh? Ini akan sangat menyenangkan.” Canda
Chris.
---------
“You are free and that is why you are lost.”
-------
Setelah melewati perkampungan dan
beberapa kali menemui monster tak terlihat, mereka akhirnya berhasil keluar.
Ini juga tidak lepas dari campur tangan Corline yang menolong Chris dalam
menghadapi monster itu. Ia sendiri bahkan tidak tahu bagaimana ia mendapat
kemampuan itu. Hampir semua monster di pulau itu bisa ia lihat melalui panas
tubuhnya. Tidak heran ini menjadi sedikit pertolongan bagi Chris dalam mencari
anaknya.
Meskipun hubungan mereka semangkin erat, namun bayangan atas
perkataan Corline yang menyebutkan Sherry sudah mati masih terbayang di
pikirannya. Ia tidak habis pikir bahwa yang dikatakan Anna benar. Tidak ada
waktu untuk menyerah. Chris akan terus mencari jawaban atas kematian anaknya.
Mereka akhirnya sampai di sebuah saluran air di mana alirannya menuju
pertambangan. Di beberapa bagian air terdapat ruang-ruang kosong yang dulu
diperkirakan tempat tinggal orang-orang yang selamat. Di sebuah ruangan Chris
menemukan sesuatu.
“Apakah dia . . “
“Yah. Tinggalkan dia . . .“ menatap sesosok mayat orang tua yang
terbaring di tempat tidurnya. Dari tubuhnya diperkirakan ia telah meninggal
dalam waktu yang dekat.
“Orang tua yang malang. Dia meninggal dalam kesendirian . . .”
Corline terlihat sedih melihat mayat pria tua itu. Chris melihat sesuatu di meja
kemudian mendekatinya
“Tunggu ini punya Sherry.” Ia menghidupkannya dan mendengar suara
Sherry.
“Aku pikir ini akhirnya. Maaf aku telah menjadi anak yang
mengecewakan. Ayah, ibu, Natalie, maafkan aku . . .”
“Tidak, Sherry . . . “ ia menunduk dan terlihat sangat bersedih.
“Chris . . .”
“Aku masih disini. Ayo kita pergi . . .“
--------
"How can one take delight in the world unless
one flees to it for refuge?"
-------
Mereka sampai di sebuah tempat yang
kumuh. Seperti tempat ritual namun dibuat dengan menggunakan segala macam benda
yang ada di sana. Tergantung mayat-mayat di langit-langit gua itu menambah
kegilaan tempat itu. Chris menemukan sebuah figura dimana terdapat foto dua
pasang pria dan wanita.
“Gregor . . “
“Dia sangat ketakutan, sampai ia
kehilangan kepribadiannya.”
“Siapa? Wanita bersama Robert
Gregor?”
“Ini
. . . Gregor. Lisa Gregor.” Menunjuk foto Lisa.
“Dua Gregor, kau pasti bercanda!”
“Hahahahaha . . . . Akhirnya kau
disini.“ Sebuah suara terdengar menggema di seluruh bagian gua.
Chris mengeluarkan pistol dari
sarungnya. Ia melihat sekitar sambil menodongkan pistolnya mencari sumber suara
wanita itu. Tiba-tiba dari belakangnya muncul sesosok monster dengan penutup
mulut dan kain yang menutupi tubuhnya yang kemudian mengayunkan lengannya dan
memukul lengan Chris sampai pistolnya terlepas.
“Corline . . . .”
Corline terkejut menatap monster itu
seakan ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
“Lisa . . .”
“Hussss . . . ahh . . . hahaha.”
Lisa membuka maskernya dan menghirup nafas dalam-dalam.
“Lisa Gregor . . . ?” Melihat foto
lisa yang terjatuh ke tanah. “Dia bukan wanita yang sama! Dimana Sherry? Apa
yang kau lakukan padanya?” Chris mengambil senjatanya dan menodongkannya ke
Lisa.
“Dia dikubur di pulauku bersama
keputus . . . asaan dan ketakutan!” Lisa menjawab dengan nada mencela kepada
Chris.
“Kau . . . kau . . . membunuhnya!”
“Hahahaha . . . Sekarang, tinggal
satu yang harus dibunuh!” Lisa melihat ke arah Corline dengan muka kesal.
Monster tiba-tiba mucul dari
belakang Chris dan Corline. Chris menodongkan senjata ke arah monster-monster
sementara Corline terlihat sangat ketakutan. Mereka terlalu banyak untuk peluru
yang dimiliki Chris. Monster berbentuk setengah manusia yang disatukan dengan
manusia lainnya sehingga tampak sangat menyeramkan.
“Chris! Ke sana!” Corline menunjuk
ke pintu keluar dari gua itu.
“Aku akan membunuhmu nanti.” Chris
membidik senjatanya ke arah atap dan menembakinya. Sehingga mengakibatkan
atapnya runtuh menimpa monster-monster itu, sementara mereka berdua berlari
menuju pintu dan keluar meninggalkan Lisa yang masih terkekeh mentertawakan
Chris dan Corline.
--------
“Don't
despair, not even over the fact that you don't despair.”
--------
Chris dan Corline menemukan diri
mereka di suatu pertambangan. Sekarang, mereka harus mencari jalan untuk menuju
menara. Tidak ada yang Chris harapkan dari Sherry lagi. Sekarang ia harus
melindungi Corline sampai ke menara dan menemukan cara untuk keluar dari sini.
Mereka sampai di suatu ruangan tempat penyimpanan hasil tambang. Tiba-tiba mereka
mendengar suara mesin.
“Kau tahu. Jika tempat ini
ditinggalkan pasti tidak ada lagi yang berkerja. Tapi suara apa itu?” Chris
menatap Corline dan melihat ke arah sumber suara, dari balik pintu keluar.
Pintu terbuka dan seorang dengan gergaji mesin datang.
“Kau lagi!!”
Chris berlari menghindar, sementara
Corline diam bersembunyi. Chris mencoba untuk membunuhnya. Ia terus berlari dan
menembakinya dengan senjata mesin laras panjang. Chris mulai lelah dan
terpojok. Di sudut ruangan ia benar-benar menatap gergaji mesin sang orang
gila. Dengan sekuat tenaga ia menahan gergaji mesin itu supaya tidak membelah
kepalanya. Ia menendang tubuh orang itu. Tendangannya cukup kuat sehingga
membuat sang monster terdorong dan melepaskan gergaji mesinnya. Kesempatan ini
digunakan Chris untuk mengambil alih gergaji mesinnya. Ia menebas kepala
monster itu dan memisahkannya dengan tubuhnya.
“Aku harap kau suka dengan
senjatamu!” Chris membawa gergaji mesinnya.
Ia menemukan sebuah pintu dengan
rantai besar. Chris menghidupkan gergaji mesinnya dan memotong rantai itu
dengan mudah. Mereka pun keluar dari pertambangan dan melihat menara yang
semangkin dekat. Matahari juga semangkin menuju pada peraduannya.
“Corline . . . . !” Lisa mendekati
Corline. Sementara Chris terkena pukulan monster itu, hingga ia terpental ke
bawah bukit.
“Chriss . . .” Corline berteriak
sementara Lisa mendekatinya
“Seharusnya tidak seperti ini. Aku
tidak khawatir jika rambutku beruban dan kulitku mengendur dari tulangku. Tapi,
kenapa kau tidak berubah? Kegagalan sepertimu!” Lisa mencekik Corline. “Aku
akan menghancurkanmu dengan tanganku sendiri!”
Lisa mencekik Corline semangkin kuat.
Ia mulai tak sadarkan diri sampai Corline membuka matanya dan Lisa melepaskan
cekikannya. Lisa melihat dirinya di mata Corline. Lisa berteriak dan pergi
menjauhi Corline.
--------
“You can hold yourself back from the sufferings of
the world, that is something you are free to do and it accords with your
nature, but perhaps this very holding back is the one suffering you could
avoid.”
------
Chris terbangun dan melihat Corline
yang berdiri menatapnya dengan tatapan kosong. Ia bangkit dan melihat sekitar.
“Corline, kau baik-baik saja?” Chris
menggoyang-goyangkan tubuhnya. “Kemana Lisa?”
“Dia pergi. Ke arah menara.” Corline
menjawab dengan nada datar.
“Oh, baiklah. Kemana pun ia pergi,
kita pasti bisa mengejarnya!” Corline hanya mengangguk mendengar kata penyemangat
Chris.
Mereka terus berjalan menelusuri
reruntuhan fasilitas. Mereka bahkan menemukan mayat-mayat yang sudah mengering
terbaring di tanah. Di depan menara mereka menemukan sebuah elevator yang
membawa mereka ke ruang bawah tanah. Seperti pertambangan yang dirubah menjadi
sebuah tempat penelitian. Mereka menemukan sebuah lorong dimana terdapat
mayat-mayat bergelantungan. Mereka merasa Lisa sudah bertindak terlalu jauh
terhadap efek frustasinya. Di sebuah dinding, Corline tiba-tiba tersentak. . .
“Aaaaaaaa . . . Corrie. Apa yang kau
lakukan padanya! Dia temanku!” sebuah boneka tertancap di dinding sementara di
sekitarnya terdapat tulisan “CORLINE, MATI, ANAK SIALAN, KEPALSUAN”.
Chris hanya bisa menggeleng melihat
apa yang dilakukan oleh Lisa. Dia mengeluarkan pistolnya dan mulai mengisi
kotak peluru.
“Ayo . . . Kita selesaikan ini!” sahutnya
sambil memasukkan peluru ke pistolnya.
---------
“A belief is like a guillotine, just as heavy, just as
light.”
-------
“Aku masih bisa menghancurkanmu.”
Lisa mengambil sebuah suntikan berisi cairan kemudian menyuntikkan ke tubuhnya.
“Aku harus menghancurkanmu!”
“Gregor!” Chris muncul dengan
menodongkan pistol ke arah Lisa. Monster itu menatap Corline.
“Corline . . .”
“Oh tidak, kau tidak bisa.”
“Aku mengerti bagaimana perasaanmu,
Robert. Tidak cukup untuk hidup. Aku ingin abadi!” Monster Lisa mengamuk. Ia melepaskan baju
penutup tubuhnya dan melepaskan segala macam alat yang melekat di anggota
badannya. Ia mengayunkan tangannya ke segala arah sampai semua alat di
laboratorium itu terlempar dan terbakar.
“Menjijikkan....” Chris menatap Lisa
yang sekarang berubah menjadi monster raksasa. Ia menekan pelatuk pistolnya dan
menembak ke arah Lisa. “Kau tidak akan memilikinya, Gregor!”
Sementara Lisa merayap dengan tangan
dan kakinya memasuki ventilasi. Dia sekarang berada di atas langit-langit.
Chris waspada melihat ke atas, berjaga-jaga jika monster Lisa keluar dari
persembunyiannya. Benar saja, Lisa keluar dengan membuka gas asap beracun dari
ventilasi. Ini mempersempit ruang gerak Chris. Corline terus berada di belakang
Chris untuk mendapatkan perlindungan.
“Mati kau Corline . . . Segala kepalsuan
harus binasa . . . Hanya aku yang benar . . . !” teriak Lisa yang terus
menyerang Chris.
“Ah . . . Tutup mulutmu!” Chris
menembaki Lisa dengan senjata laras panjangnya.
Lisa semakin brutal. Ia terus
menebaskan tangannya ke arah Chris, namun Chris semangkin gesit pula
menghindari serangan Lisa. Ruang semangkin sempit. Gas beracun dimana-mana.
Chris mulai kehabisan nafas. Di saat Lisa mulai kehabisan tenaga karena
ditembaki Chris, tiba-tiba dari dadanya terbuka gumpalan jantung. Chris
mengambil magnum dari tasnya dan membudikkan ke arah jantung Lisa. Dengan satu
tembakan, Lisa terpental terkena tembakan magnum Chris.
“Aku selalu ingin membunuh semua
keluarga iblismu, Gregor.”
Mereka mendekati monster Lisa yang
terkapar. Tiba-tiba, Lisa bangkit dan memukul Chris hingga terpental. Kemudian
ia menangkap Corline yang berusaha berlari. Lisa menggenggam tubuh Corline
dengan erat. Dengan mutasi tangan sebesar itu, ia mampu menggenggam separuh
tubuh Corline dengan mudah. Chris tidak bisa melakukan apa-apa dikarenakan
kakinya yang tidak bisa ia gerakan. Sementara, Corline mulai kehabisan nafas.
Dor . . . Dor . . . Dor
Tiga tembakan terdengar mengenai
monster itu. Ia melepaskan gengamannya dan terjatuh ke belakang. Seorang wanita
berdiri mengisi pelurunya dan menatap ke arah Chris.
“Sherry . . . ”
--------
”So long as you have food in your mouth, you have
solved all questions for the time being."
-------
“Kau lakukan ini untukku?” sembari
menunjukkan kartu nama Chris.
“Yah. Maaf aku terlambat setengah
tahun. Teknologi murahan.”
“Hahaha . . . masukkan itu di
kepalamu.”
Chris bangkit dan tersenyum kepada
Sherry. Tapi di belakangnya terdengar suara Lisa yang sedang berusaha bangun.
“Sebelah sini! Naiki tangga!” Sherry
menendang lipatan tangga di dekatnya. Monster Lisa terlihat memperkuat
mutasinya. Kesempatan ini digunakan mereka untuk melarikan diri.
Mereka berlari menuju jalan keluar dari gua. Namun, jalan itu
terhenti di tepi jurang yang mengarah ke laut.
“Ah . . . Ayolah!”
Monster Lisa sudah muncul dari mulut
gua dan bersiap untuk menyerang mereka. Chris, Sherry, dan Corline kebingungan
menatap monster yang semangkin dekat. Tiba-tiba dari belakang mereka muncul
sebuah helikopter. Di dalamnya ditumpangi oleh Anna yang mengenakan baju
tanktop merah dengan gaya rambut pendek serta sebuah sniper berada di
genggamannya.
“Pengawas ini sangat menjijikkan.”
Ia membidik Lisa dan menarik pelatuknya. Peluru Anna tepat menembus jantung
Lisa.
“Yeahh . . . .” Anna menatap Sherry
dan menyuruhnya masuk.
“Sherry, aku minta maaf. Kau dalam
masalah, dan aku . . . “
“Dan kau kembali dengan helikopter
dan sniper, dan itu sangat luar biasa keren jadi tutup mulutmu.” Anna tersenyum
senang. Namun, dari kejauhan monster Lisa bangkit. Anna mengangkat senjatanya
dan membidik ke arah Lisa.
“Biarkan aku mengurusnya.” Chris
menghadang bidikan Anna.
“Apa kau tidak perlu bantuanku,
Chris? Maksudku . . . Ayah.”
“Aku selalu membutuhkanmu. Tapi
sekarang . . . Aku punya ini.” Sambil menunjukkan magnumnya.
“Aku akan membantumu dari
helikopter!” Anna mengarahkan pilot untuk naik. Monster Lisa berteriak dan siap
untuk melawan Chris.
--------
“By believing passionately in something that still
does not exist, we create it. The nonexistent is whatever we have not
sufficiently desired."
-------
“Ya tuhan . . . Lihatlah dia.” Anna mempersiapkan snipernya. “Chris . . .
arahkan dia lebih dekat! Aku akan mencoba mengenainya!” teriak Anna.
Chris melompat dari tebing dan
berhasil mendarat dengan selamat. Sementara Lisa terus mengejar Chris.
“Aku akan menguburmu bersama
saudaramu, Gregor!”
Anna dan Chris terus menembaki Lisa.
Monster Lisa semangkin brutal. Beberapa kali ia hampir memukul Chris. Namun,
Anna berhasil menghentikannya dengan menembaknya. Ketika memasuki bagian yang
tak terjangkau Anna, Chris mengeluarkan magnumnya dan menembaki badan monster
itu. Mungkin karena mutasi yang teramat kuat, ia menerima sedikit kerusakan
pada tubuhnya.
“Anna! Di mana senjata besar itu?
Hancurkan wanita sialan ini!” Anna menoleh ke peluncur roket di dinding
helikopter. Ia mengambilnya dan membidik ke arah Lisa.
“Waktunya untuk mengakhiri semua
ini.”
Anna menembak Lisa dengan peluncur roketnya. Peledak itu meluncur tepat di jantung Lisa
dan meledakkan seluruh bagian dari dirinya. Termasuk kejahatan dan kebenciannya
selama ini. Gregor berakhir dan terornya pun berakhir. Chris keluar dari asap
bekas ledakkan dan melihat Sherry dengan tersenyum lega. Sherry pun membalas
senyuman ayahnya.
------
“It is comforting to reflect that the disproportion
of things in the world seems to be only arithmetical."
------
“Dengar Sherry, aku tahu aku harus
memberikanmu ruang untuk bebas.”
“Tidak apa. Aku memberimu alasan
untuk khawatir.”
“Kau bisa bertahan hidup sendiri di
sana melebihi aku, Sherry.” Sambung Anna.
“Tentu saja ia bisa. Dia anak
Christoper!” ucap Chris dengan nada mengejek. Mereka tertawa senang. Di luar
jendela helikopter terlihat beberapa helikopter lainnya berlalu menuju pulau
itu.
“Jadi, apa yang akan kau kerjakan
nanti, Chris?” tanya Anna.
“Aku akan kembali menjadi seorang
ayah.” Chris merangkul Corline dan tersenyum kepadanya. Mereka tersenyum
setelah menyaksikan mimpi buruk mereka berakhir. Kembali ke arah mentari dan
menjalani kehidupan mereka yang indah dan menyenangkan.
--------
“It is not necessary that you leave the house. Remain
at your table and listen. Do not even listen, only wait. Do not even wait, be
wholly still and alone.”
------
Sebuah mobil melaju di jalan tol.
Seorang wanita mengendarai mobil dengan sebuah kado di samping jok mobilnya.
“Dia di China sekarang?”
“Baiklah, beritahu dia aku akan
menjumpainya.” Ia meletakkan handphone-nya dan melaju di jalan
perumahan.
------
“Ayahh . . . Bisakah kau gerakkan
tubuhmu dari garasi? Anna akan sampai ke sini sembentar lagi.”
“Baiklah, hey, Natalie, kau lihat
jaketku di sana?”
“Corline, apa kau di atas? Turunlah
dan bersiap!”
Sementara itu di kamar, Corline sedang membaca buku yang sering Lisa baca.
“Kandang ingin mencari burung. Tapi
sekarang burung sudah hilang. Burungnya sudah berubah.” tersenyum dengan licik.
-------