Selasa, 31 Mei 2016

CERPEN PETUALANGAN

Hallo, guys

Kali ini saya akan memberikan salah satu cerpen yang telah saya tulis. Alur cerita dalam cerpen ini saya mengadaptasi dari game Resident Evil: Revelations 2 dan saya tulis ulang dengan versi saya. Bagi yang belum mencicipi gamenya, harap berhati-hati dengan cerita ini karena mengandung SPOILER. Tapi yang terbiasa dengan spoiler silahkan saja lanjut. Bagi yang sudah memainkan gamenya, tulisan saya ini mungkin akan membuat anda lebih mengerti tentang Resident Evil: Revelations 2.

Resident Evil: Revelations 2

Dalam cerpen ini terbagi atas beberapa chapter. Pastikan anda tidak melewatkan salah satu diantaranya. Karena anda dipastikan akan bingung dengan ceritanya. So, Happy Reading . . . .


Methamorphosis
“Anna . . . Anna . . . Buka matamu! Anna . . . Bangun!“ Anna membuka matanya dan mendapati seseorang disampingnya. Sementara langit-langitnya terus bergerak maju dengan beberapa kali goncangan di punggungnya.
“Ugh . . . Chris . . . “
“Apa yang terjadi dengan Sherry? Apakah kau bersamanya?”
“Oh . . . Chris, maafkan aku, aku tidak bisa menyelamatkannya . . . Aku harus . . . “ Suara Anna terpotong ketika alat bantu pernafasan terpasang di hidung dan mulutnya. Chris hanya terpaku ketika melihat dua orang pendorong meja dorong masuk ke ruang UGD dengan tergesa-gesa.
“Ya Tuhan . . . Sherry.”
-------
“If something good has lost its way into you, it will make its escape overnight. I know you.”
------
Beberapa bulan sebelumnya . . .

“Hay kawan-kawan.”
“Oh . . . Hay Anna . . . “ Seseorang menyapanya seakan ia mengenal suara wanita itu dengan baik.
Ini adalah ulang tahun ke-20 Universitas Farmasi di kota metropolitan itu. Seakan sudah menjadi suatu tradisi, kampus ini selalu mengadakan perayaan ulang tahun. Namun, tak seheboh tahun lalu, pesta ini hanya diadakan secara sederhana karena mengingat dana yang dikeluarkan hanya untuk sebuah pesta ulang tahun dalam ruangan. Ah . . . Serius?
Mengingat Anna William, ia adalah seorang wanita yang beruntung di tahun ke-19 kampus itu. Betapa tidak, ia mampu bertahan hidup di alam bebas selama lebih dari 120 jam. Amazon mungkin merupakan tempat paling mengesankan dalam hidupnya. Orang-orang lain tidak pernah tau apa yang ia lakukan selama lima hari di hutan itu. Mungkin hanya ia dan ikan piranha yang tahu. Selain itu ia juga menjuarai olimpiade panahan tahunan yang diselenggarakan di negara bagian itu. Anna juga aktif berorganisasi, pelatihan militer, dan mencintai olahraga beladiri. Meskipun tangguh seperti itu, ia tetap berparas cantik dan seksi. Itulah kenapa ia sangat disegani dan diidolakan oleh semua lelaki di kampus itu
“Hey Anna . . . Hey . . . !” Anna mendekati suara panggilan wanita itu. Dan wanita itu memeluknya.
“Sherry . . . Bagaimana ujianmu?”
“Seperti biasa. Buku . . . buku . . . . dan buku. Membosankan . . . . Kau tau, jika aku bisa bertahan hidup di Amazon mungkin aku akan pindah kesana daripada didesak ayahku untuk terus kuliah. Dia benar-benar gila.”
“Ayolah! Ayahmu menginginkan kau menjadi anak yang sukses. Kau tidak pikirkan hal itu?” Seseorang memanggil namanya.
“Anna bisakah kau ikut aku sebentar.” Anna berpaling kemudian mengikuti pria itu.
“Ada apa Rich?”
“Sesuatu sedang terjadi di Kanada, kau pernah mendengarnya?”
“Apa? Bioterror lagi? Ayolah kita kan anggota farmasi ini, mungkin kita bisa menyelidikinya . . . . Hey . . . Hallo?” Richard memalingkan wajahnya kemudian melihat daftar nama pada buku yang dibawanya.
“Hey . . . Apakah itu anak Christoper?”
“Yah . . . Ia sedang menyelesaikan ujiannya. Hey . . . Jika kau berani menggodanya kau akan mendapat . . . “
“Masalah dari ayahnya? Oh . . . ya. Anak dan ayah yang tidak pernah akur.” Richard memotong perkataan Anna dengan sedikit tersenyum.
“Baiklah . . . Kau kerjakan tugasmu dan aku akan mengecek semu . . . “
“Hey kita punya masalah disini. Ngomong-ngomong, bagaimana kau tunggangi dia mengelilingi makanan disana.”
“Ya tuhan . . . ia bukan kuda. Dah, Rich . . .” Mendekati Sherry yang masih berurusan dengan handphone-nya.
“Oh . . . oh . . . Apa yang ia perulah sekarang?”
“Chris sialan . . . Sekarang ia menanyakan bagaimana ujianku. Aku tidak punya pilihan selain . . . .”
Pet . . . Seluruh lampu mati. Seluruh ruangan menjadi hening. Sepancar cahaya menyilaukan turun dari udara. Terdengar seperti capung terbang yang melayang-layang tepat di depan Anna dan Sherry. Beberapa orang turun menggunakan tali. Orang yang mengenakan setelan tentara dengan helm yang terpasang menutupi seluruh wajah dari sang perajurit misterius. Lebih gilanya lagi, mereka membawa sebuah senjata api. Seorang tentara menembaki jendela kaca gedung itu sementara yang lain keluar dari belakang ruangan itu. Entah mimpi apa yang ia dapat malam ini, ia sekarang di todongi senjata api oleh seorang tentara serta tentara lainnya memegangi Anna dan orang lainnya. Beberapa masih meronta minta dilepaskan sementara lainnya pasrah menunggu tentara menekan pelatuknya.
“ANNA WILLIAM . . . Kau ikut kami!”
“Apa? Tidak! Ini pasti sebuah kesalah . .  .”
“ANNAAA . . . . !” Teriak Sherry yang masih terdengar sayup-sayup di telinga Anna.
 Seorang menyuntikan bius ke leher Anna. Sehingga ia hanya bisa terlelap dan tak sadarkan diri. Ia hanya bisa mendengar suara tembakan yang bersahut-sahutan. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain apa yang terjadi dengannya saat ini.
-------
“Youth is happy because it has the capacity to see beauty. Anyone who keeps the ability to see beauty never grows old.”
-------
Tidak ada yang bisa Chris lakukan, kecuali mencari sosok sang anak, Sherry. Tanpa ada bantuan siapapun, ia pergi ke sebuah pulau di lautan Karabia. Mengantongi koordinat yang diberikan Anna, ia berharap bisa menemukan putrinya di sana.
------
Anna terbangun di sebuah sel penjara. Ia hampir sepenuhnya tidak ingat yang terjadi semalam. Ia menemukan sebuah gelang hijau di pergelangan tanggannya. Teeet . . . Sel penjara terbuka.
“Apa-apaan ini?”
Anna keluar dan mulai menelusuri lorong demi lorong penjara yang kumuh dan suram itu. Ia bahkan berpikir bahwa penjara itu belum pernah disentuh oleh siapapun selama . . . . mungkin bertahun-tahun.
“Anna . . . Hey . . .  Aku disini keluarkan Aku . . . !” Suara Sherry mengagetkan Anna.
“Apa yang terjadi? Apa kau baik-baik saja?”
“Kau kira aku merasa baik-baik saja di sel ini. Aku bahkan mendapat gelang aneh dan sebuah CCTV . . . “ Teeet . . . Sel Sherry terbuka dengan sendirinya. “Anna, aku hanya ingin pulang.”
“Baiklah . . . . kita akan keluar dari sini.”
Anna dan Sherry punya satu tujuan kali ini. Keluar dari tempat mengerikan ini. Sampai di suatu lubang raksasa menandakan bahwa penjara ini lumayan besar, dengan beberapa tingkatan penjara. Di sebuah lorong terdengar teriakan. Mereka pun mendatangi sumber teriakan tersebut. Terkejutlah Anna dan Sherry, menemukan sesosok mayat terbaring di tanah.
“Julia . . . Ya tuhan  . . . Siapa yang tega melakukan semua hal ini kepada kita?”
“Hey lihat . . . Ia memegang senjata.”
“Yah . . . Kenapa mahasiswa sepertinya harus membawa senjata? Gadis yang pandai.” Anna berinisiatif mengambil senjatanya dan berpikir pasti ada sesuatu yang membunuhnya dan bisa juga membunuh mereka berdua. Sampai di suatu aula, mereka menemukan sebuah pintu keluar yang terkunci.
“Ya tuhan . . . Apakah aku harus panggil tukang kunci.” Celoteh Sherry
Langkah berat terdengar dibelakang mereka. Seorang bertubuh besar dengan sebuah kapak besar yang di bawanya dan helm berbentuk segitiga menutupi seluruh kepalanya. Anna melihat kunci tergantung di kapaknya. Apa? Bagaimana mungkin? Makhluk itu mendekat dan menebaskan kapaknya, namun dengan mudah Anna menghindarinya.
Anna mengeluarkan senjatanya dan mulai menembaki tubuh sang monster. Namun, tak ada reaksi sama sekali. Ia hanya dapat mundur karena monster itu berjalan dengan cukup lambat sementara Sherry hanya bisa bersembunyi di balik runtuhan besar di pinggir ruangan itu. Tiba-tiba Anna melihat sebuah tong berisi bensin. Ia mulai memancing monster itu mendekati drum itu, berharap ia bisa membakarnya dengan satu tembakan. Benar saja ia menebaskan kapaknya tepat di tengah tong. Bensin mulai mengalir keluar. Kesempatan ini tidak disia-siakan Anna. Dengan satu tembakan ke tong, ia berhasil menciptakan percikan api dan kemudian meledakkan monster itu. Ia mendekati monster itu dan mengambil kunci di kapaknya.
“Apakah monster ini yang telah membunuh Juli?” Anna hanya terdiam mendengar argumen Sherry. Kembali ia membuka pintu dan keluar dari penjara. Apa selanjutnya?
-------
“. . . like the death of someone we loved more than ourselves, like being banished into forests far from everyone, like a suicide. A book must be the axe for the frozen sea within us. That is my belief.”
-------
Chris sampai di pulau yang ia tuju. Ia menelusuri pulau itu dan menemukan pemancar radio tua. Memutar perekam suaranya dan mendapati suara seorang wanita.
--------
Akhirnya Anna bisa keluar dari tempat pembunuhan tersebut dan mendapati mereka di hutan terbuka. Mereka melihat sebuah pemancar radio.
“Selamat datang di Wossek. Dimana hidup bermula . . . . “ Suara seorang wanita mengagetkan Anna dan Sherry.
“Suaranya berasal dari gelang. Hey . . . Siapa ini?” tanya Sherry dengan cetusnya.
“Aku pengawas. Mengawasi takdir dan ketakutan kalian.”
“Pengawas?  Maksudmu kau mengawasi kami?” Anna mulai berbicara.
“ Satu-satunya yang bisa kalian lakukan adalah berharap banyak dengan gelang kalian . . . . Aku akan menemui kalian di rumahku. Kalian tidak bisa melarikan diri dari mataku.”
“Apa maksudmu . . . Bagaimana kau bisa . . .?” Suara transmisi terputus.
“Bagus . . . Bagus . . . Sekarang kita temui monster kemudian seorang wanita dengan puisi. Tempat ini benar-benar luar biasa.”
“Mungkin ia adalah salah satu penyebab kita berada disini. Sekarang kita harus memanggil pertolongan di radio itu.” Anna melirik pemancar dan melangkah menuju kesana.
“Bagaimana?”
“Tidak, ini mati. Kau diam disini, aku akan mengeceknya.” Anna melihat ke menara dan berinisiatif untuk naik dan memperbaikinya. Radio menyala dan Sherry mulai meminta bantuan. Dari ketinggian Anna melihat suatu pemandangan aneh. Sebuah pulau . . . di tengah luasnya lautan.
“ Ya tuhan . . . .Tempat apa ini . . . ?!”
-------
“There is an infinite amount of hope in the universe ... but not for us.”
-------
Tidak kehabisan akal, Chris terus mencari Sherry. Terlalu banyak yang Anna ceritakan, khususnya mengenai suatu fasilitas besar dan tinggi di tengah pulau. Sebuah menara tinggi di tengah pulau di duga menjadi tempat berasalnya misteri ini. Di ruangan bawah tanah fasilitas itu ia menemukan sesuatu . . .
-------
Anna berpikir pasti sumber suara wanita itu di tempat tertinggi di pulau itu. Menara berdiri tegak di pulau itu. Mereka berencana mencari wanita sialan itu. Gelang yang mereka kenakan menunjukkan warna orange dan badan mereka semakin tidak enak. Anna dan Sherry terus berjalan. Tak peduli apa yang akan mereka temui, mereka hanya punya satu tujuan. Keluar dari pulau ini . . .
Di dekat elevator menara itu, Anna menemukan sebuah buku tabel nama. Disana tertulis nama-nama teman mereka, termasuk Anna dan Sherry. Terdengar sayup-sayup suara rintihan seorang lelaki.
“Richard . . . “ Ia memegangi lengannya sambil merintih kesakitan.
“Maafkan aku Anna! Aku melakukan apa yang aku benarkan.”
“Kau membawa kami kesini, itu yang kau sebut kebenaran. Kami menderita Rich!“ Gelang Richard yang berwarna merah itu mulai berkedip-kedip. Tangannya mulai membesar dan warna kulitnya menjadi hitam. Badannya terus membesar dan Richard terkekeh.
“Ini bukan kesalahanku! Lisa . . . Kau penyebab semua ini! Haha . . .  ini bukan penderitaan, ini kekuataaaan . . . Hahahahaha . . .!”
Anna terkejut dan hampir menangis. Tapi ia tidak punya waktu untuk menangis. Ia mengeluarkan pistol dari sarungnya dan menodongkannya ke arah monster Richard. Ia berhasil menghabisi Richard dengan beberapa tembakan di kepalanya. Monster itu terbaring. Anna menunduk melihat monster itu terkapar.
“Itu bukan Richard lagi.” Batin Anna mengukuhkan keyakinannya bahwa Richard telah meninggal. Meskipun sebenarnya Anna merasa sangat sedih ketika ia tahu bahwa Richard mempunyai hubungan kuat dengan kasus ini. Padahal Richard adalah partner sekaligus teman terdekat Anna. Namun, Anna tidak pernah tahu kebusukannya selama ini.
Anna dan Sherry menaiki elevator. Tiba-tiba elevator itu berhenti. Anna dan Sherry mencoba membuka pintunya secara paksa. Tiba-tiba monster Richard muncul dari pintu dan mencoba untuk menghabisi Anna. Dengan gengaman kedua tangannya Anna dan Sherry terjatuh dari elevator itu dan menghempas tanah. Untungnya mereka berdua selamat berkat tubuh Richard yang super besar. Sherry terpental jauh, sementara Anna mencoba bangkit dan berjalan menuju Sherry.
“Kau baik-baik saja? Kau bisa berdiri?”
“Anna . . . Awass . . . !” Monster Richard menghempas tubuhnya menimpa Anna. Pistolnya terlempar ke arah Sherry. Ia menyeret tubuhnya ke arah pistol Anna.
“Rich . . . Apa yang salah denganmu?!”
“Ka-u tid-ak bi-sa meno-long-ku, sud-ah ter-lambat!” Richard menekan tubuh Anna dan tangan lainnya siap menghabisi tubuh Anna.”
“Sherry . . . !!”
“Senjata sialan . . . Melompatlah ke neraka, bosss . . !” Sherry menembak kepala Richard beberapa kali sekaligus mengakhiri Richard untuk selamanya.
“Aku tidak mau melakukan ini lagi.” batin Sherry.
-------
“A First Sign of the Beginning of Understanding is the Wish to Die.”
------
Chris mendapati Monster di depannya. Wanita bertubuh buruk dengan tangan raksasa dan tubuh yang hanya tinggal tulang belakang. Ia mengarahkan senjata ralas panjang dan bersiap untuk menembaknya.
-------
Anna menemukan seorang wanita di sebuah ruangan kaca. Ia mulai mencurigai wanita itu adalah Lisa yang dikatakan Richard.
“Akhirnya kita bertemu.”
“Ohh . . . kau datang sejauh ini untuk mengucapkan selamat tinggal? Aku sangat tersentuh.” Lisa menjawab dengan santainya.
“Bagaimana jika kau keluar dari rumah kaca dan kita ngobrol sepanjang malam, wanita pengecut.” Bentak Sherry.
“Semuanya menunggu satu tes terakhir.”
“Apakah dia mendengarkan kita?” Anna mulai kesal dengan ucapan wanita itu.
“Saudaraku yang melarikan diri sudah mati. Dan nanti ini akan menjadi milikku. Aku akan berbagi takdir ini bersama kalian. Dan aku akan melampaui harapannya.” Lisa mengeluarkan pistolnya dan menodongkannya ke Anna dan Sherry dari dalam kaca.
“Apa yang akan kau lakukan?” Sherry mulai ketakutan.
“.... Bebas.” Lisa malah menodongkan pistolnya ke kepala dan menekan pelatuknya. Ia terbaring dengan darah yang masih keluar dari tempurung kepalanya.
“Hanya itu . . .?” Anna melihat mayat Lisa dengan perasaan bingung.
Fasilitas itu tiba-tiba mengalami turbulensi. Seluruh atap runtuh. Penghancuran diri sendiri telah di aktifkan. Sherry dan Anna berlari mencoba mencari jalan keluar. Terdapat dinding berlubang di tepi pantai menara itu. Mereka berlari dengan sekuat tenaga untuk keluar dari tempat ini.
“ANNA, AWAS . . . .!” Sherry mendorong Anna. Namun, ia tertimpa reruntuhan dan mereka terpisah dari Anna oleh sebuah lubang bekas reruntuhan.
“Pergilah Anna! Selamatkan dirimu!”
“Ya tuhan . . . Sherry. Aku akan menyelamatkanmu.”
“Tidak, kau harus pergi.” Anna melirik Sherry dengan wajah iba.
Tidak ada pilihan lain selain meloncat dari lubang itu. Anna mengambil ancang-ancang dan melompat terjun bebas ke laut.
--------
“I cannot make you understand. I cannot make anyone understand what is happening inside me. I cannot even explain it to myself.”
-------
“Dimana Sherry . . . !”
“Khikhikhi . . .  Dia sekarang dikubur bersama reruntuhan di tempat ini! Khikikiki . .” Monster itu terkekeh.
“Kau membunuhnya . . .” Chris menatap monster itu tak percaya.
“Hahahahahaha . . . . Dan sekarang satu lagi yang akan terbunuh.”
Monster itu menyerang Chris dengan mengayunkan lengannya, namun dengan mudah ia menghindarinya. Ia menembaki monster itu, namun tidak ada efek apapun. Beberapa kali menghindar tetap saja Chris terpental oleh satu pukulan. Kakinya tidak bisa digerakkan. Monster itu mendekati Chris yang terkapar.
“Aku akan membunuhmu seperti yang ia lakukan kepadaku!”
Dor . . . Dor . . . Dor . . .
Tiga tembakan mengenai monster itu. Seorang wanita berdiri mengisi pelurunya dan menatap ke arah Chris.
“Sherry . . . . “
-----------


Judgement
            “Ugh . . . .”
            Seorang pria tua duduk tak jauh dari tempatku berbaring. Aku menemukan tubuhku di ruangan sempit dengan peralatan senjata yang tersusun rapi di lemari, lagi ruangan terbersih yang pernah aku lihat dibanding penjara yang suram itu.
            “Kau sudah bangun?”
            “Apa yang terjadi? Kenapa aku disini?” Tanyaku pada pria tua yang sedang mengambil tasnya dihadapanku.
            “Jika kau bisa berjalan, ikut denganku! Masalah tidak akan datang sendiri.” Pria tua itu meninggalkan ruangannya.
            “Oke . . . Terima kasih, pak tua. Aku memang ingin keluar.”
            Tapi aku tidak bisa. Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Namun, sisi baiknya, aku punya layanan kesehatan di sini. Beberapa luka di tubuhku ia tutupi dengan perban. Baik sekali, bukan? Aku terjebak disini. Ingatanku pada kejadian reruntuhanku mengingatkanku pada Anna. Apakah dia selamat? Aku berharap ia dapat kutemukan, mungkin.
            Pria tua dan aku mulai saling mengerti. Sekarang aku tidak bisa berdiam diri. Ia mengatakan ‘jika kau hidup sebagai binatang, kau harus bisa menyesuaikan dirimu meskipun usiamu sangat pendek.’ Dan kehidupan baruku dimulai selama enam bulan kemudian . . . .
---------
“Association with human beings lures one into self-observation.”
----------
            Ini adalah empat minggu aku berada di tempat orang tua ini. Dia menemukanku dan menarikku keluar dari reruntuhan. Soal gelang, ia sekarang menunjukkan warna hitam. Itu tidak pernah berubah menjadi merah dan aku juga tidak berubah menjadi sesuatu seperti Richard. Sangat beruntung, bukan? Hari ini aku akan mengikuti pria tua itu berburu. Hanya membawa sebuah pistol, mungkin aku harus mengeluarkan peluru dari daging yang aku bakar. Ini bukan semata-mata kemauanku. Tapi ini rumahnya, peraturannya.
Aku memulainya. Pria tua itu menemaniku. Aku mungkin cukup hebat dalam menembak. Khususnya menembak kepala Richard. Hah . . . . Itu yang bisa kulakukan.
“Kau bisa menggunakan senjata?”
“Hmmm . . . Aku punya beberapa pengalaman.”
“Bagus, aku jadi tidak perlu repot-repot mengajarimu. Berburulah hewan yang menurutmu bisa dimakan. Kelinci, rusa, burung, ular, tikus . . . . Apapun . . . “
“Oke . . . Aku akan mendapatkan banyak tikus untuk makan malam kita. Whuuff . . . “
Aku mulai berburu dan mendapati cukup banyak daging untuk malam ini. Beberapa wilayah sudah kami telusuri. Alam yang keras membuat orang tua ini harus melakukan banyak pilihan. Mati kelaparan atau hidup dengan kesusahan. Aku mungkin akan memilih pilihan A.
 Aku tidak pernah menanyakan namanya. Karena aku menunggu ia menanyakan namaku. Tapi nama bukan hal yang terlalu penting di tempatnya. Di suatu malam aku bertanya pada pria tua itu. Kenapa kau tidak keluar saja dari pulau ini? Tanyaku. Tidak, tidak sekarang. Kau harus realistis. Menatap segala sesuatu dengan takdir dan jalanmu sendiri, jawabnya.
Saat ku terlelap aku bermimpi aku menemukan ayahku meninggal di kasurnya. Dia terlihat sangat sedih. Tidak ada orang bersamanya saat itu. Sendiri, menghadapi kematian. Tidak ada ocehan lagi. Dia tidak bisa melontarkannya lagi. Saat aku terbangun, aku menyadari bahwa aku menangis.
-----------
“I do not speak as I think, I do not think as I should, and so it all goes on in helpless darkness.”Franz Kafka
-----------
Hampir enam bulan aku bersama orang tua ini. Berburu . . . Berburu dan berburu. Beberapa kali aku mengelilingi pulau bersamanya. Ia mengatakan kepadaku aku harus realistris yaitu fokus bertahan hidup. Aku hanya bisa mendengarkannya. Jadi aku berjanji pada diriku sendiri, aku harus berkerja lebih keras untuk bertahan.
Semangkin lama, pulau ini semangkin keras dan berbahaya. Tidak ada celah untuk melarikan diri. Beberapa kali aku melirik ke tower di tengah pulau dan membayangkan kejadian bersama Anna. Sangat menyedihkan. Pria tua itu menceritakan seorang wanita kepadaku ketika kami sedang jalan-jalan di sebuah perkampungan. Sambil memegang sebuah foto ia menceritakan tentang foto wanita itu. Foto gadis kecil dengan rambut terikat dan baju kuno.
“Rani adalah anakku. Ia menghilang sejak seorang wanita menguasai perkampungan kami.” Sambil menyodorkan fotonya ke tanganku.
“Dia terlihat sepertiku..”
“Dia cantik, pintar. Aku benar-benar menyayanginya. Jika ia masih hidup mungkin ia akan seumuran denganmu.”
“Kenapa ia sampai menghilang?” tanyaku.
“Dia terakhir kali kulihat berkerja di pertambangan. Sampai pembantaian besar-besaran terjadi di pulau ini. Aku yakin Rani masih hidup dan menunggu ayahnya untuk menyelamatkannya.” Jawabnya dengan wajah lusuh.
Aku tidak terlalu menginginkan jawaban bagaimana ia bisa selamat dari pembantaian itu. Tapi yang jelas aku menyadari bahwa dia tidak akan keluar dari pulau ini jika ia belum menemukan anaknya. Sesulit apapun itu.
----------
“In the struggle between yourself and the world second the world.”
--------
Aku dan orang tua itu berencana ke pertambangan untuk menemukan jejak Rani. Dengan berbekal pistol dan shotgun sementara pria tua membawa sniper. Beberapa mesin pertambangan tidak lagi berfungsi. Sehingga seperti bekas pertambangan yang bangkrut.
“Kau dengar itu?” Aku berbisik kepada pria tua.
“Ada yang datang, huh. . . . “
Sesosok bertubuh bulat besar dengan tentakel-tentakel menjulur-julur dari tubuhnya. Anehnya ia berjalan menggunakan kaki seorang wanita. Sebuah mutasi dari gelang merah itu. Pria tua mengisyaratkan untuk menembakinya. Monster itu bergerak cepat dan menghempaskan tentakelnya. Untung saja aku dengan cepat bergerak menghindarinya. Kutembakkan shotgunku dan hasilnya cukup untuk membuatnya berdarah. Tak kekurangan akal, pria tua ikut menembakinya dari jauh menggunakan sniper. Aku melihat sebuah tong merah yang mungkin berisi bensin.
“Jangan buang-buang peluru, pak tua! Aku punya ide!” Pria tua melirik kemudian mengarahkan snipernya ke tong.
Aku mencoba menembakinya sekaligus memancingnya ke arah tong. Ia semangkin dekat dengan tong. Aku berlari menghindarinya dan bersembunyi di dekat mesin.
“Sekarang . . .  . !” Pria tua menarik pelatuknya dan meledaklah monster itu. Aku kira ini akan menjadi cara yang sama dengan monster kapak. Aku berlari ke arahnya dan melihat sebuah rumah tambang. Kami memasuki tempat itu. Sebuah kertas terselip diantara tombol-tombol operasi tambang itu.
Ayah tercinta
Aku tidak bisa menemuimu sekarang atau mungkin nanti. Seorang wanita jahat tega memasukkanku menjadi bahan percobaannya. Dia memasangiku gelang dan sekarang gelang ini berwarna merah.  Hidupku mungkin tidak lama lagi. Oh . . . Ayah maafkan aku atas apapun yang pernah aku perbuat. Terima kasih untuk kasih sayang yang engkau berikan. Rasa sakit ini akan berakhir. Aku akan merasakan kedamaian dalam diriku.
Penuh cinta
Rina
Muka pria itu pucat. Ia bergegas keluar dan menuju ke rumahnya. Sementara aku hanya terpaku membaca surat terakhir Rina. Mungkinkah Rina . . . menjadi salah satu dari mereka.  Aku tidak mau ini terjadi pada ayahku. Aku tidak boleh mati di sini. Jika dia melindungiku secara berlebihan, aku membiarkannya. Aku lebih baik seperti itu. Menghabiskan sisa hidupnya untuk melindungiku. Mengenai pria tua . . . . dia dan aku membuat akhir jalan petualangan kami. Hingga suatu malam aku menemukan kartu nama ayahku di tengah hutan, jalan menuju fasilitas yang hancur.
“Apa yang kau lakukan? Buka pintunya!!”
“Jika aku hidup di pulau ini, maka aku harus mati di pulau ini. Di sini bersama Rina.” Pria tua ini bersandar dibalik pintu yang aku gedor.
“Kau tidak bisa melakukan ini!”
“Aku bisa melakukannya! Tapi tidak denganmu. Hidupmu masih panjang dan masih banyak diluar sana yang membutuhkanmu, nak”
“Namaku Sherry . . . Tanyalah namaku untuk sekali ini, tua bangka sialan.“
“Jaga perkataanmu dan bersihkan mulutmu dengan sabun . . . Sherry.” Aku terus menangis meratapi nasibnya.
“Dan namaku Jordan. Uhuk . . . Uhuk . . . . haaah . . . Jordan . . . “ ia mengatakannya sembari tedengar suara batuknya yang semangkin menjauh dari pintu.
---------
“This life appears unbearable, another unattainable. One is no longer ashamed of wanting to die.”Franz Kafka
---------
Aku meninggalkannya. Aku terus berjalan kemanapun kakiku melangkah. Aku kembali ke fasilitas, tempat di mana aku menemukan kartu nama ayahku. Berharap semoga saja aku menemukannya. Dengan pistol yang sengaja Jordan berikan padaku, aku menelusuri seluruh area runtuhan fasilitas dimana aku dan Anna berpisah. Hingga aku memasuki gua bawah tanah. Kakacauan di mana-mana. Sebuah fasilitas bawah tanah terbakar. Aku melihat ke bawah di mana ada seseorang yang terkapar di tanah sementara ada sesosok monster yang terus mendekatinya.
“Ayah . . . “
---------

 Lanjut Halaman 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar